Friday, October 10, 2008

Mengucapkan :

Selamat Idul Fitri 1429 Hijriyah


" Taqobballahu Minna Wa Minkum Shiyamanaa Washiyamakum Kullu 'aamin Waantum Bikahairin Amin Ya Rabbal 'aalamin"

Minal Aidin Wal Faidzin - Mohon Maaf Lahir Bathin

Wednesday, August 20, 2008

Mainan Riza


beberapa mainan riza yang menemaninya dirumah sehari hari.. :


Thomas and Friends favoritnya Riza banged:P

mainan yang udah diperetelin... rencananya mo di rekondisi di workshopnya om Chandra..hihihi..

yang ini dibawa terus setiap mandi njebur "Bak"

mainan yang ini ada sejak Riza umur 11 bulan

sepeda hadiah dari Tante Dita yang gak bosen kasih hadiah...


Aku enggak mau kalah Bu..

Anak-anak di usia 4-5 tahun sudah bisa merasakan menang itu menyenangkan. Tentu merepotkan jika ia tak bisa menerima kekalahan.

Di usia prasekolah, si buyung dan si upik biasanya sudah sering ikut lomba. Baik itu lomba lari, lomba menggambar, lomba makan, maupun lomba-lomba lainnya. Namun, tak seperti anak-anak yang lebih besar, adakalanya si prasekolah ini tak bisa menerima kekalahan. Mulutnya tak henti bertanya, "Mengapa aku kalah, Bu?"

Jika jawaban kita dianggap tak memuaskan, sikapnya lantas merajuk dan tak jarang berakhir dengan tangisan. Sulit sekali menjelaskan kepadanya bahwa kalah, menang, dan seri adalah bagian dari sebuah permainan.

Seperti dijelaskan Vitriani Sumarlis, Psi., anak ingin menjadi pemenang karena ia menyukai rewards atau imbalannya. Selain itu, sang juara biasanya menerima banyak pujian, entah dari orang tua, teman, atau saudara. Teman-teman juga akan senang bergaul dengannya, mungkin sambil menyematkan berbagai julukan, seperti si anak pintar, si jenius, ataupun si perkasa.

"Itulah mengapa anak-anak senang membahas kemenangan atau membanding-bandingkannya di antara teman-teman," ujar psikolog dari Klinik Anakku Cinere ini. Bukan itu saja, ego anak di usia balita juga masih besar, meski tidak sebesar di usia batita. Tidak heran kalau ia ingin selalu menjadi pemenang di setiap ajang kompetisi.

ANDIL ORANG TUA

Namun, menurut Vitri, sikap selalu ingin menang bisa jadi mendapat andil yang tak kecil dari orang tua, biasanya melalui pola asuh dan arahan yang salah. Jika anak selalu diarahkan untuk menjadi yang terbaik, entah dengan cara memasukkannya ke kursus atau memanggil guru privat, ia akan tumbuh menjadi seperti itu.

Jika para orang dewasa di sekeliling anak-anak selalu mengalah, mereka biasanya juga selalu ingin menang. Entah dalam permainan atau dalam kompetisi apa pun. Sekali menang, ia akan ketagihan dan berpikir, "Saya memang hebat." Jadilah ia tak pernah mau kalah dan selalu ingin menang.

Akibatnya memang kurang baik bagi perkembangan anak. Ia tidak bisa menerima bahwa setiap orang bisa menjadi pemenang dan setiap orang juga mesti menerima kekalahan. "Dampak yang sangat dirasakan adalah pada hubungan sosial anak. Mereka yang selalu ingin menang biasanya tumbuh menjadi pribadi yang sombong sehingga teman-teman juga biasanya akan langsung menjauhinya."

Demikian juga jika anak terlalu diistimewakan, ia akan selalu menuntut lingkungannya untuk melakukan hal yang sama pada dirinya. "Saat ia mengikuti lomba, lalu mengalami kekalahan, maka ia akan langsung marah. Ia tidak rela jika orang lain lebih baik darinya karena ingin selalu dianggap yang terbaik."

Perlakuan istimewa itu antara lain sikap mengalah yang selalu ditunjukkan orang tua atau pengasuh di hadapannya. Pola asuh seperti itu jelas tidak mendidik. Suatu saat, anak akan berhadapan dengan dunia luar yang belum tentu menyenangkan. Misalnya, kalau ia kalah dalam sebuah kompetisi, orang lain tidak akan memperlakukannya secara istimewa. Jika anak tidak bisa menerima perlakuan itu karena terbiasa menerima banyak hadiah dan pujian, buntutnya ia bisa frustrasi. "Ia akan merasa kehilangan dan biasanya melampiaskan rasa frustrasinya dengan marah atau tantrum."

Dengan hanya mengenal konsep menang, anak juga akan menjadi miskin pengalaman. Toh, dalam kehidupan, kita tidak hanya bisa mencicipi manisnya saja, tapi juga segala cobaan dan deraan yang pahit. "Jadilah, kalau anak selalu menang, ia akan kaget jika harus merasakan kesedihan yang sangat."

BELAJAR DARI PENGAMATAN

Perlu diketahui, karena di usia prasekolah anak masih berpikir secara konkret, maka ia pun hanya bisa mengenal kemenangan dari bukti-bukti konkret. Lewat pengamatannya ia bisa tahu, seseorang menjadi pemenang lomba lari karena paling dulu melewati garis finish. Namun demikian, ia belum bisa membedakan mengapa sang jagoan mampu mengalahkan 10 lawannya sendirian, atau kenapa orang yang berbadan kecil mampu mengalahkan lawan tanding yang badannya besar. Dengan kata lain, anak belum paham betul arti kualitas.

Berdasarkan hal itu, dalam menjelaskan konsep menang-kalah kepada anak, orang tua juga harus melakukannya lewat bukti konkret. Misalnya, lewat pengamatan dan penjelasan yang tidak rumit. Janga lupa, terangkan pula bahwa dalam suatu pertandingan bisa saja tidak ada yang menang atau kalah. Hindari istilah "seri" atau "draw", karena anak belum sampai ke tahap pemikiran demikian. Ia akan bingung dengan istilah baru dan asing tersebut. Lebih baik kita katakan hasilnya sama. "Tadi kamu berlari sangat cepat, tapi Dina berlari sangat cepat pula, jadi hasilnya sama, tidak ada yang menang dan kalah."

PENJELASAN MENANG-KALAH

Jika anak tampil menjadi pemenang, tanamkan pada anak, ia tidak boleh sombong dan membangga-banggakan prestasinya. Jika memungkinkan, arahkan anak agar mengajari teman-temannya atau memotivasi mereka yang kalah. Cara ini mengajarkan kepada anak untuk bisa membagi kemenanganannya, sekaligus membuatnya lebih disukai teman-teman, dan meminimalisir rasa iri atau sakit hati teman-teman lainnya.

Meskipun begitu, bukan berarti saat anak menerima hadiah, seperti kue, dia harus membagi-bagikan kue itu dengan teman-temannya. Biarkan anak menikmati hadiah yang diraih atas kerja kerasnya. Anak berhak menikmati kemenangannya sendirian. Kecuali memang ia ingin membaginya.

Sedangkan jika anak kalah, pandai-pandailah kita memberikan motivasi kepadanya. Jelaskan, menang-kalah adalah hal biasa. Dalam suatu pertandingan pasti ada yang menang, ada juga yang harus menyingkir. Terangkan pula, "Jika saat ini kamu kalah, maka kamu bisa melihat kekuranganmu. Di lain kesempatan kamu bisa membalas kekalahan itu."

Yang perlu diperhatikan, berhati-hatilah saat kita mengomentari kekalahannya. Hindari kalimat, seperti "kamu kalah." Katakan saja, "Kamu sebenarnya tidaklah kalah, tapi kamu kurang cepat saat berlari."

Orang tua pun jangan terlalu ngotot menjadikan anaknya sebagai juara dalam berbagai kompetisi. Ingat, usia 3-5 tahun bukanlah usia untuk berprestasi. "Anak usia 3-5 tahun masih dalam usia perkembangan. Jadi masih banyak aspek yang harus dikembangkan."

Untuk aspek fisiknya, ia masih harus dilatih berkonsentrasi pada koordinasi motorik kasar maupun halus. Ia harus bisa menjaga keseimbangannya agar dapat berjalan dengan benar, terampil melompat, memanjat, naik sepeda, main tali, dan sebagainya. Begitupun motorik halusnya, bagaimana ia mengkoordinasikan apa yang dilihat dengan gerakan tangannya.

NILAI DARI PROSES, BUKAN HASIL

Alangkah baiknya, imbuh Vitri, dalam menilai kalah atau menang, orang tua menilai proses, bukan hasil. Dalam lomba lari, misalnya, jangan cuma kecepatannya saja yang dipuji tapi juga usahanya dalam berlatih atau kerja kerasnya dalam mengikuti lomba lari tersebut. Kalau, toh, ia kalah, tidak ada salahnya tetap memberikan pujian atau bahkan hadiah spesial buatnya.

Namun demikian, dengan menghargai proses tidak berarti kita lantas boleh mengesampingkan hasil, yaitu kemenangan. Orang tua tetap harus melakukan evaluasi kepada anak, hal-hal apa saja yang dinilai masih kurang dan masih bisa ditingkatkan. Hal-hal apa pula yang sudah benar dan mesti dipertahankan.

Saat anak kalah dalam pertandingan lomba lari misalnya, terangkan, "Sebenarnya, tadi kamu sudah bisa berlari cepat, tapi kamu kalah start dari lawan-lawanmu. Jadi, meski sudah berlari cepat, tetap saja kamu tidak bisa menyusul mereka." Manfaat dari melihat proses dan bukan hasil ini, anak terhindar dari cara-cara negatif dalam mendapatkan kemenangannya.

MANFAAT PENJELASAN MENANG-KALAH

Menurut Vitri, banyak sekali manfaat yang bisa dipetik dari menjelaskan konsep menang-kalah pada anak, yaitu:

1.Sportivitas

Anak tahu betapa penting arti kejujuran dan menghargai nilai-nilai sportivitas. Kemenangan tidak akan ada artinya jika diperoleh lewat cara-cara tidak sehat. Anak juga diarahkan untuk belajar menghargai proses, bukan hasil. Proses yang baik biasanya akan membuahkan hasil yang lebih baik juga.

2. Introspeksi Diri

Anak akan terpacu meningkatkan kualitas kerjanya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Kualitas ini bisa didapat dengan melihat kekurangan dari hasil yang didapat anak tersebut. Atau, dengan melihat beberapa keunggulan lawan yang harus ditiru anak. Cara ini akan memacu anak untuk terus berprestasi. Misal, saat lomba menulis halus, walau tulisan anak sudah bagus, tapi tulisan anak-anak lain lebih rapi, anak bisa meniru tulisan temannya yang rapi tersebut.

3. Menghargai Kemenangan

Anak juga belajar menghargai kemenangan lawan. Saat dirinya kalah dan temannya menang, ia berkata, "Selamat, ya". Atau, saat ia memenangkan pertandingan, ia tidak sombong kepada anak-anak lainnya. Jadi, saat anak tahu arti menang dan kalah, berarti ia telah mengalami kematangan dalam proses berpikirnya. Anak tahu siapa saja yang menang dan siapa pula yang kalah.

diambil dari tabloid nakita onlen

Hari merdeka songs

17 agustus 2008 lalu kami sekeluarga pergi ke bandung mau menghadiri pernikahan taufik hidayat, sepupu suamiku. Diperjalanan sambil setel radio, beberapa station radio terus terusan muterin lagu lagu kemerdekaan salah satu nya ya hari merdeka ini lah.

sambil menikmati pemandangan tol cipularang kami dihibur oleh suara kecil jagoan kami yang tak henti hentinya nyanyi lagu hari merdeka ini. walopun belum jelas banget kata katanya, tapi aku ibunya ngerti kok.. ayah si supir juga ngerti kan yah.. penumpang yang laen bagaimana ya.. ngerti ngerti aja kan.. para penumpang senyum senyum sambil dengerin suara dari mulut kecilnya riza.. Nyai dan Niai yang sudah rada lupa sama lagu ini jadi ikutan bernyanyi, walau kadang kata katanya suka kebalik balik.. harap maklum ya..


Tujuh belas agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka

Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan
Kita tetap setia tetap setia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia tetap setia
Membela negara kita

Wednesday, July 16, 2008

semangat.. ohh.. semangat..

sore ini sepulang dari kantor saya akan langsung kembali ke meja kerja di rumah gumam saya dalam hati,.. ada setumpuk rencana dikepala saya yang harus segera saya capai dan entah kenapa semenjak dikantor tadi siang saya sangat bersemangat segera menjalankan rencana saya..(masih off the record kali ya:p)

semangat saya datang dan pergi seenaknya tanpa mikirin rencana rencana saya.. dan saat saat inilah yang saya tunggu tunggu.. semangat saya ngumpul lagi..
nah mumpung si semangat sedang datang, saatnya saya mencari cari jalan agar si semangat dekat pada saya dan menemani saya sampai rencana rencana saya tersebut membuahkan hasil yang indah.. semoga..Amiin.

Ayah yang sibuk

Seperti biasa Rudi, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Imron, putra pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.

"Kok, belum tidur?" sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Imron menjawab, "Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa?"

"Lho, tumben, kok nanya gaji Papa? Mau minta uang lagi, ya?"

"Ah, enggak. Pengen tahu aja."

"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan minggu libur, kadang sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo?"

Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya.

"Kalau satu hari Papa dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp 40.000,- dong," katanya.

"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok," perintah Rudi.

Tetapi Imron tak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian, Imron kembali bertanya, "Papa, aku boleh pinjam uang Rp.5.000,- nggak?"

"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa! minta uang malam-malam begini? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah.

"Tapi Papa..."

Kesabaran Rudi habis.

"Papa bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Imron. Anak kecil itu pun berbalik menuju, kamarnya.

Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp.15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata, "Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Imron". Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih."

"Papa, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini.

"Iya, iya, tapi buat apa?" tanya Rudi lembut.

"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit saja, mama sering bilang kalau waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, ada Rp15.000,-. Tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam aku harus ganti Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,- . Makanya aku mau pinjam dari Papa," kata Imron polos.

Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu
erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.

source: milis BCN

Wednesday, July 9, 2008

Ode to Gordon

Riza ngefans berat sama thomas and friends,.. gak pernah bosen nonton si kereta api thomas dan temans ini,.. mo bahasa inggris or indo okeh okeh aja.. pokoe bisa lihat gambarnya aja udah seneng,....mo tauk seperti apa..? sambil nyanyi ya nontonnya.. moelay..

Ode to Gordon

We'll sing a song for Gordon, He's big, he's fast, he's proud
His paint is blue, so strong and true, and his whistle's really loud!
The fastest train on Sodor, you can't forget his name
So when we've sung for Gordon, well, let's sing it once again

Through wind and rain he thunders on
On him we can rely
Reliable and useful too
And that's the reason why

We'll sing a song for Gordon, He's big, he's fast, he's proud
His paint is blue, so strong and true, and his whistle's really loud!
The fastest train on Sodor, you can't forget his name
So when we've sung for Gordon, well, let's sing it once again

The journeys never tire him out
He'll work all day and night
And everyone admires him
His boiler gleaming bright

We'll sing a song for Gordon, He's big, he's fast, he's proud
His paint is blue, so strong and true, and his whistle's really loud!
The fastest train on Sodor, you can't forget his name
So when we've sung for Gordon, well, let's sing it once again

We'll sing a song for Gordon, He's big, he's fast, he's proud
His paint is blue, so strong and true, and his whistle's really loud!
The fastest train on Sodor, you can't forget his name
So when we've sung for Gordon, well, let's sing it once again

Beads...